Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi
Melalui Media Gambar Berseri
Siswa Kelas III SDN 01 Josenan Kota Madiun
Tahun Ajaran 2012 / 2013
Oleh :
RISA BOVI ADDESITAFIANI
09141182
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bahasa adalah alat
komunikasi bagi manusia. Hanya manusia yang dapat menciptakan dan meggunakan
bahasa, sehingga dengan adanya bahasa itu manusia dapat berhubungan dengan
manusia lain. Pembinaan Bahasa Indonesia ditingkat sekolah dasar agar siswa
mampu berbahsa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan.membiasakan siswa
berbahsa Indonesia yang baik dan benar sangat diperlukan untuk membina dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Salah satu tujuan utama program bahasa secara
umum adalah mempersiapkan siswa untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan
bahasa yang alamiah. Agar interaksi yang bermakna bagi siswa, perlu didesain
secara mendalam program pembelajaran bahasa Indonesia.
4 kompetensi dasar dalam
berbahasa itu erat hubungannya satu sama lain, dalam memperoleh ketrampilan
berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur : mula-mula pada
masa kecil belajar menyimak bahasa kemudian berbicara,sedsudah itu belajar
membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki
sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan catur-tunggal.
Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses – proses yang mendasari
bahasa. Sedangkan ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan
praktik dan pelatihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan
berpikir.(Henry Guntur Tarigan.2008:1).
Salah satu ketrampilan
berbahasa adalah menulis, menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.(Henry Guntur tarigan
2008;3). Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang
lain dapat membaca lambang –lambang grafik tersebut kalau mereka memahami
bahasa dan gambaran grafik itu (Henry Guntur tarigan.2008;22).
Menulis tidak kenal usia
maupun strata sosial , semua orang mempunyai hak untuk menulis. Menulis
merupakan salah satu usaha untuk menigkatkan daya ingat. Disamping untuk
meningkatkan daya ingat , ketrampilan menulis merupakan kepandaian yang amat
berguna bagi setiap orang.dengan seseorang memiliki kepandaian menulis,
seseorang itu dapat mengungkapkan berbagai gagasan untuk dibaca orang lain dan
memotivasi orang lain. Hasil tulisan itu dapat dibaca oleh siapa saja dan
dimana saja. Artinya, sekarang atau kapanpun tulisan itu bisa dibaca kembali.
Menulis juga dapat digunakan untuk berkomunikasi, orang akan terus berupaya belajar
dan mengmebangkan diri dalam bidang menulis. Menulis merupakan kegiatan
berbahsa yang aktif dan produktif, yaitu kegiatan untuk menghasilkan atau
menyampaikan bahasa kepada pihak lain melalui tulisan.
Menulis memiliki banyak
macam, salah satu diantaranya adalah menulis narasi. Narasi secara hafiah
bermakna kisah atau cerita, paragraph narasi bertujuan mengisahkan ataau
menceritakan. Terkadang narasi mirip dengan deskripsi, namun yang membedakan,
narasi memntu menceritakan. Terkadang narasi mirip dengan deskripsi, namun yang
membedakan, narasi memntingkan urutan dan biasanya tokoh yang diceritakan.
(asul wijayanto,2006;65). Kompetensi dasar yang yang diambil adalah menulis,
lebih tepatnya menulis narasi. Dengan adanya bantuan gambar siswa lebih mudah
berimajinasi menceritakan tingkan urutan dan biasanya tokoh yang diceritakan.
(asul wijayanto,2006;65). Kompetensi dasar yang yang diambil adalah menulis,
lebih tepatnya menulis narasi. Belajar menulis bagi siswa kelas III yang masih
dalam tahapan berpikir konkrit, tentu tidak mudah. Dibutuhkan suatu metode dan
media untuk mengajarkan menulis/mengarang bagi siswa kelas III, salah satu
solusinya adalah dengan menggunakan media gambar berseri. Dengan adanya bantuan
gambar siswa lebih mudah berimajinasi menceritakan tokoh atau peristiwa ynag
ada dalam gambar. Kemampuan menulis narasi merupakan salah satu kompetensi yang
harus dikuasai siswa , namun pada kenyataannya kemampuan menulis narasi siswa
kelas III masih rendah. Saat para siswa diberikan tugas untuk mengungkapkan
perasaan yang menyenangkan melalui tulisan, banyak sekali siswa kesulitan
mengungkapkan perasaan dan pemikirannya melalui tulisan, mereka kebingungan
harus menulis apa, memulai darimana, dan tentang apa.
Menurut Sadiman (2002: 29-31), gambar memiliki beberapa kelebihan antara
lain (1) sifatnya konkret, lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata, (2) gambar dapat mengatasi batasan
ruang dan waktu, (3) dapat mengatasi pengamatan kita, (4) dapat memperjelas suatu
masalah dalam bidang aoa saja dan untuk usia berapa saja, sehingga dapat
mencegah atau membetulkan kesalah pahaman, (5) harganya murah dan gampang
didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.
Dengan penggunaan media
gambar berseri sebagai media, diharapkan siswa belajar menulis dari apa yang
dilihatnya berdasarkan gambar berseri berurutan yang diberikan guru, sehingga
kemampuan menulis narasi bisa meningkat.
Berdasarkan uraian diatas , maka penulis akan melakukan penelitian
“Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui
Media Gambar Berseri Siswa Kelas III SDN 01 Josenan Kecamatan Taman Kota
Madiun Tahun Ajaran 2012/2013”.
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Kemampuan menulis narasi siswa kelas III SDN 01
Joesenan Kecamatan Taman Kota Madiun masih rendah.
C. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pokok masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang diatas, maka dalam
penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya yaitu :
“ Apakah ada
peningkatan kemampuan menulis narasi siswa kelas III SDN 01 Josenan Kota Madiun,
setelah menggunakan Media Gambar Berseri?”
D. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah , penelitian ini pada
hakekatnya mempunyai tujuan untuk mengetahui adakah peningkatan kemampuan
menulis narasi siswa kelas III SDN 01 Josenan Kecamatan Taman Kota Madiun
setelah menggunakan media gambar berseri.
E. Manfaat
Hasil Penelitian
1. Siswa
Siswa dapat
meningkatkan kemampuan menulis narasi, lebih kreatif, dan imajinatif.
2. Guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat
memperoleh masukan untuk menggunakan media gambar berseri ntuk merangsang
siswanya menulis.
3. Sekolah
Sebagai masukan penyusunan program dan penentuan
kebijakan sekolah guna peningkatan mutu pendidikan.
4. Bagi peneliti lanjutan
Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat
melakukan kajian-kajian lebih lanjut ntuk menyusun suatu rancangan pengajaran menulis
yang lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan minat dan kemampuan menulis
siswa.
BAB II
Kajian Teori
A. Hakikat
Menulis
1. Pengertian menulis
Menulis
merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis,
penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. (dalam
Tarigan 2008:3). Ketrampilan menulis ni tidak akan datang secara otomatis,
tetapi haruslah melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Menulis
seperti halnya ketiga ketrampilan lain, merupakan suatu proses perkembangan.
Dalam menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, pelatihan,
keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang
penulis. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa : (1) tulisan dibuat untuk
dibaca.(2) tulisan didasarkan pada pengalaman,(3) tulisan ditingkatkan melalui
latihan terpimpin,(4) dalam tulisan makna menggantikan bentuk.(5)
kegiatan-kegiatan bahasa lisan hendaknya mendahului kegiatan menulis.
Menulis
/ mengarang adalah suatu kegiatan yang kompleks. Mengarang dapat kita pahami
sebagai suatu rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui tulisan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti
yang dimaksudkan pengarang.
Berdasarkan uraian diatas dapat
diambil kesimpulan bahwasannya menulis adalah kecakapan seseorang dalam
kegiatan menuangkan ide, gagasan, pikiran, dan pengalaman serta perasaan dalam
bentuk tulisan yang diorganisasikan secara sistematik sehingga dapat dipahami
oleh orang lain.
2.
Ciri-ciri
tulisan yang baik antara lain :
a.
Tulisan yang
baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi.
b.
Tulisan yang
baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi
suatu keseluruhan yang utuh.
c.
Tulisan ynag
baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak
samar-samar, memanfaatkan struktur kalimat, bahasa dan contoh-contoh sehingga
maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis, dengan demikian para
pembaca tidak usah susah payah bergumul memahami makna yang tersurat dan
tersirat.
d.
Tulisan yang
baik mencerminkan kemampuan menulis secara meyakinkan, menarik minat para
pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yag
masuk akal dan cermat serta teliti mengenai hal itu. Dalam hal ini haruslah
dihindari penggunaan kata-kata dan pengulangan frasa-frasa yang tidak perlu.
Setiap kata haruslah menunjang pengertian yang serasi, sesuai yang diinginkan
penulis.
e.
Tulisan yang
baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang
pertama serta memperbaikinya. Mau dan mampu merevisi naskah pertama merupakan
kunci bagi penulisan yang tepat guna atau penulisan efektif.
f.
Tulisan yang
baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah atau kalimat-kalimat,
kemudian mempergunakan ejaan dan tanda baca secara seksama, memeriksa makna
kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimta serta memperbaikinya
sebelum menyajikannya kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari bahwa
hal-hal seperti itu dapat member akibat yang kurang baik terhadap karyanya.
(Adelstein&Pival,1976)
Secara
singkat, ada pula ahli yang merumuskan ciri-ciri tulisan yang baik seperti
berikut ini:
a)
Jujur : jangan
coba memalsukan gagasan atau ide anda
b)
Jelas : jangan
membingungkan para pembaca
c)
Singkat : jangan
memboroskan waktu para pembaca
d) Usahakan keanekaragaman : panjang kalimat yang
beraneka ragam, berkarya dengan penuh kegembiraan
3. Fungsi menulis menurut Tarigan (2008;22) adalah :
1.
Menulis sangat
penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.
2.
Dapat menolong
penulis untuk berpikir secara kritis.
3.
Dapat memudahkan
penulis untuk dapat merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya
tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan menyusun urutan
bagi pengalaman.
4.
Menulis dapat
membantu penulis untuk menjelaskan pikiran-pikiran.
Keterampilan menulis tentulah tidak
datang dengan sendirinya, hal tersebut membutuhkan latihan yang cukup teratur
serta pendidikan yang terprogram. Biasanya, program-program dalam bahasa tulis
direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut ini :
1.
Membantu para
siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan
jalan menciptakan situasi-situasi didalam kelas yang jelas memerlukan karya
tulis dan kegiatan penulis.
2.
Mendorong para
siswa mengekpresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan.
3.
Mengajar para
siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis.
4.
Mengembangkan
pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis
sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri
secara bebas. (Menurut Peck&Schulz,terjemahan Guntur Tarigan,2008:9 )
4.
Strategi pembelajaran kemampuan menulis
Aktivitas
menulis merupakan suatu bentuk amnifestasi kemampuan dan ketrampilan berbahasa
yang paling akhir dikuasai oleh siswa, setelah kemampuan mendengarkan,
berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain,
kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang
bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang
akan menjadi isi tulisan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin
sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan padu.
Pada penggunaan bahasa secara tertulis, dalam
mengungkapkan perasaan atau pikiran, seorang pemakai bahasa memiliki lebih
banyak kesempatan untuk mempersiapkan dan mengatur diri, baik dalam hal apa
yang akan diungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya. Pesan yang perlu
diungkapkan dapat dipilih secara cermat dan disusun secara sistematis agar bila
diungkapkan secara tertulis , tulisan tersebut mudah dipahami dengan tepat.
Dalam tes kemampuan menulis, agar peserta didik dapat memperlihatkan
keterampilannya, maka perlu disiapkan tes yang baik.
Tes
jenis karangan merupakan jenis tes yang memiliki kriteria kompleks. Penilaian
diberikan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang ada dalam setiap
karangan. Penilaian terhadap sebuah karangan bebas mempunyai kelemahan pokok,
yaitu rendahnya kadar objektifitas. Bagaimanapun juga dan berapapun kadarnya,
unsur subjektifitas penilai pasti berpengaruh.
Dalam kaitan dengan penilaian karangan, berikut ini
beberapa kriterianya :
1.
Kualitas dan
ruang lingkup isi
2.
Organisasi dan
penyajian isi
3.
Komposisi
4.
Kohesi dan
koherensi
5.
Gaya dan bentuk
bahasa
6.
Mekanik : tata
bahasa, ejaan, tanda baca
7.
Kerapian tulisan
dan kebersihan
8.
Respons afektif
pengajar terhadap karya tulis
B. Menulis
Narasi
1. Pengertian
narasi
Narasi adalah bentuk wacana yang berusaha mengisahkan
suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-oleh pembaca melihat atau
mengalami sendiri peristiwa itu.(Keraf,1987:135) Suatu peristiwa atau suatu
proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Oleh karena
itu narasi sulit sekali dibedakan dari deskripsi. Sebab itu, mesti ada unsur
lain ynag diperhitungkan , yaitu unsur waktu. Dengan demikian pengertian narasi
mencakup dua unsure dasar. Unsure yang tepenting dalam sebuah narasi adalah
unsur perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa
yang telah terjadi tidak lain daripada tindak-tanduk yang dilakukan oleh
orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi
menggambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu
kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Menurut Parera (1984:3)
karangan narasi adalah suatu bentuk pengalaman karangan dan tulisan yang
bersifat menterahkan suatu kronologis dari suatu peristiwa atau kejadian serta
masalah. Pengarang bertindak sebagai seorang sejarahwan atau tukang cerita.
Berdasarkan uraian diatas narasi dibatasi sebagai bentuk tulisan yang bertujuan
menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman yang dialami
manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dapat juga
dirumuskan narasi adalah suatu bentuk wacana yang bersusah dengan
sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
2. Narasi dibagi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan
narasi sugestif.
a. Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran
para pembaca untuk mengetahui apa ynag dikisahkan. Sasaran utamanya berupa
perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. sebagai
bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian,
rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtut
kejadian atau peristiwa yang disajikan untuk menyampaikan imformasi untuk
memperluas pegetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah disampaikan
secara tertulis ataupun lisan. Narasi ekspositoris dapat bersifat khas, yang
hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat
diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu
tertentu saja.
b. Narasi sugestif
Narasi sugesti berusaha member makna atas peristiwa
atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah makna
peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal
(imajinasi). Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan
sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca dapat
menarik suatu makna baru diluar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu
yang eksplisit adalah suatu yang baru adalah sesuatu yang tersirat. Semua objek
dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam
satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke waktu.
Makna yang baru akan dijelaskan dipahami sesudah narasi itu dibaca, karena ia
tersirat dalam seluruh narasi itu. Dengan demikian narasi tidak bercerita atau
memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu
cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada
suatu perasaan tertentu untuk menghadapi suatu peristiwa yang berada di depan
matanya.
c. Beberapa bentuk khusus narasi
Berdasarkan bentuknya narasi dibedakan menjadi dua
yaitu narasi fiktif dan narasi nonfiktif. Bentuk – bentuk narasi yang terkenal
yang biasa dibicarakan dalam hubungan dengan kasusastraan adalah roman, novel,
cerpen, dongeng ( naarasi fiktif) dan sejarah, biografi, autobiografi ( narasi
nonfiktif). Narasi sebagai bentuk
wacana, dapat menjadi suatu bentuk tulisan yang berdiri sendiri, tetapi dapat
juga menyerap bentuk lainnya. Dalam narasi dapat dijumpai unsur-unsur
argumentasi, eksposisi, dan deskripsi. Demikian juga sudah dikemukakan, bahwa
bentuk-bentuk wacana lain seperti argumentaasi, eksposisi, dan deskripsi dapat
juga mengandung unsure-unsur naratif.
C. Hakikat
media
1. Pengertian Media
Menurut Heinich (dalam
Susilana dan Riyana, 2008: 6), kata media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata “medium”
yang secara harfiah berarti “perantara”
yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Sedangkan Sadiman, dkk (2010: 6) menyebutkan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi.
Menurut
Sabri (dalam Musfiqon, 2012: 27),
Asosisasi
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Asssociation of Education and
Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala
bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan
Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki
pengertian yang berbeda. Menurutnya media merupakan benda yang dimanipulasikan,
dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan
dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, dapat, mempengaruhi efektifitas
program instruksional.
Apabila
media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran
(Arsyad, 2011: 4). Apabila
dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat
komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi
dari pengajar ke siswa (Heinich,et al dalam Uno, 2007: 113). Gerlach (dalam Sanjaya,
2009: 204-205) mengatakan secara umum media itu meliputi orang, bahan,
peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Angkowo dan
Kosasih (2007: 10), media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat,
perhatian, dan kemauan siswa dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran
pada diri siswa.
Menurut
Munadi (2010: 7-8), yang dikatakan media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Sedangkan menurut Daryanto (2011: 5), media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan
perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dari
berbagai pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar kepada
siswa sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat tercapai.
2.
Klasifikasi
Media Pembelajaran
Menurut Brets (dalam Ibrahim
dan Syaodih, 2010: 114), mengemukakan beberapa kelompok media sebagai berikut:
1.
Media
audio-motion-visual, yakni media yang
mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam
ini paling lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televisi,
video tape dan film bergerak.
2.
Media
audio-still-visual, yakni media yang
mempunyai suara, objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film
strip bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tak bergerak (television still recordings).
3.
Media
audio-semi motion, mempunyai suara
dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah
satu contoh dari media jenis ini ialah papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard.
4.
Media
motion-visual, yakni media yang
mempunyai gambar objek bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film
bisu yang bergerak.
5.
Media
still-visual,yakni ada objek namun
tidak ada gerakan, seperti film strip dan slide tanpa suara.
6.
Media
audio, hanya menggunakan suara,
seperti radio, telepon, dan audio-tape.
7.
Media
cetak, yang tampil dalam bentuk
bahan-bahan tercetak/tertulis seperti buku, modul, dan pamflet.
Dari
penggolongan media pembelajaran berdasarkan Brets, diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Brets membagi media pembelajaran berdasarkan tampilan dan apa
yang dihasilkan dari media tersebut. Sedangkan Susilana dan Riyana (2008:
13-21), membagi media berdasarkan penyajian dan cara penyajiannya yang meliputi
tujuh kelompok media penyaji yaitu:
1. Kelompok kesatu yang terdiri dari :
a.
Media
grafis: grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flannel, dan bulletin
board;
b.
Media
bahan cetak: buku teks, modul, dan bahan pengajaran terprogram;
c.
Media
gambar diam: foto,flow chart
2. Kelompok kedua yang terdiri dari:
a. Media proyeksi diam: OHP/OHT, Opaque Proyektor,
slide, dan film strip.
3. Kelompok ketiga yang terdiri dari:
a. Media audio:
radio, alat perekam pita magnetik.
4. Kelompok keempat yang terdiri dari:
a.
Media
audio visual diam: media soundslide (slide bersuara), film strip bersuara, dan halaman
bersuara.
5. Kelompok kelima yang terdiri dari:
a.
Media
film (motion pictures): film bisu, film bersuara, dan film gelang.
6. Kelompok keenam yang terdiri dari:
a. Media televisi: televisi terbuka, televisi
siaran terbatas (TVST), dan Video Cassete
Recorder (VCR).
7. Kelompok ketuju yang terdiri dari:
a. Media
multimedia: modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan
audio visual.
2.
Fungsi
Media Pembelajaran
Menurut
Musfiqon (2012: 35), fungsi media pembelajaran yaitu:
(1) meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran; (2) meningkatkan
gairah belajar siswa; (3) meningkatkan minat dan motivasi belajar; (4) menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan
kenyataan; (5) mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam;
(6) mengefektifkan
proses komunikasi dalam pembelajaran; (7) meningkatkan kualitas pembelajaran.
Media pembelajaran selain
memiliki fungsi juga memiliki manfaat. Menurut
Susilana dan Riyana (2008:
10), manfaat media yaitu: (1) mengkonkritkan sesuatu yang abstrak; (2)
menghadirkan objek-objek yang terlalu bahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan
belajar; (3) menampilkan objek yang terlalu besar dan terlalu kecil; (4)
memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
Dari penjabaran tentang
fungsi media diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari media yang utama
adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa)
dalam proses pembelajaran dan sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi
pembelajaran yang lebih efektif.
3.
Pemilihan
Media Pembelajaran
Dalam memilih media
pembelajaran yang akan digunakan pada proses pembelajaran, guru dalam hal ini
dituntut untuk lebih teliti dan selektif. Dengan mengetahui kriteria dalam
pemilihan suatu media pembelajaran, guru dapat mengetahui media mana yang
dianggap tepat untuk membantu dalam proses pembelajaran.
Ibrahim dan Syaodih (2010:
120-121), mengemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih
media pembelajaran yang tepat yaitu: (1) kemampuan apa yang ingin dicapai dan
kesesuaian media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran; (2) kegunaan dari
jenis media itu sendiri; (3) kemampuan guru dalam menggunakan suatu jenis media
pembelajaran; (4) keluwesan dan fleksibilitas dari media itu sendiri; (5)
kesesuaian dengan sarana pendukung yang ada dan alokasi waktunya; (6)
ketersediaannya mudah; (7) biayanya dapat dijangkau.
Menurut Sanjaya (2009: 224),
ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: (1)
pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan
media harus berdasarkan konsep yang jelas; (3) pemilihan media harus
disesuaikan dengan karakteristik siswa; (4) pemilihan media harus disesuaikan
dengan gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru; (5) pemilihan media
harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk
kebutuhan pembelajaran.
Sedangkan menurut Kasmadi
(dalam Harjanto, 2010: 241) bahwa di dalam memilih media pembelajaran perlu
dipertimbangkan adanya 4 hal, yaitu:
a.
Pertimbangan
produksi, yang meliputi: availability (tersedianya
bahan), cost (harga), physical condition (kondisi fisik), accessibility to student (mudah
dicapai), emotional impact.
b.
Pertimbangan
peserta didik, yang meliputi: student
characteristics (watak peserta didik), student
relevance (sesuai dengan peserta didik), student involvement (keterlibatan peserta didik).
c.
Pertimbangan
isi, yang meliputi: curriculair-relevance
(sesuai isi kurikulum), content-soundness
(konten suara), presentation (penyajian).
d.
Pertimbangan
guru, yang meliputi: teacher-utilization (penggunaan
guru), teacher peace of mind (pikiran
tenang guru).
Dari
berbagai pendapat ahli mengenai kriteria dalam pemilihan media, dapat
disimpulkan bahwa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media yaitu:
(1) relevansi; (2) fleksibilitas; (3) kemanfaatan; (4) kemampuan guru dalam
menggunakan media; (5) ketersediaan dan biaya.
4. Media gambar berseri (flow chart)
Media gambar berseri sering
juga disebut flow chart atau gambar susun. Media ini terbuat dari kertas manila
lebar yag berisi beberapa buah gambar. Gambar –gambar tersebut berhubungan satu
dengan yang lain sehingga merupakan rangkaian cerita. Setiap gambarnya diberi
nomor urut sesuai dengan urut-urutan gambar ceritanya. Media ini sangat sesuai
untuk melatih keterampilan ekspresi tulis (mengarang) dan keterampilan ekspresi
lisan (berbicara, bercerita). Dengan mengamati gambar yang dibentangkan di
depan kelas, para siswa dharapkan dapat memperoleh konsep tentang topic
tertentu. Langkah selanjutnya siswa disuruh menuangkannya kembali dalam bentuk
lisan atau tulisan. Untuk latihan mengarang dapat ditambahkan menjadi satu
alinea. Jadi, apabila media tersebut terdiri dari empat gambar, maka karangan
yang disusun harus terdiri dari empat alinea juga. Adapun jenis gambar untuk
media ini adalah gambar mnemonis, yakni suatu gambar yang dapat menimbulkan
suatu ingatan pada suatu rangkaian kejadian tertentu. Gambar
atau seri gambar pada hakikatnya mengekspresikan suatu hal. Bentuk ekspresi
tersebut dalam fakta gambar bukan dalam bentuk bahasa. Pesan yang tersirat
dalam gambar tersebut dapat dinyatakan kembali dalam bentuk kata-kata atau
kalimat. Penerjemahan pesan dari bentuk visual ke dalam bentuk kata-kata atau
kalimat sangat tergantung pada kemampuan imajinasi siswa. Hasil ekspresi anak
yang cerdas akan lebih lengkap dan mungkin mendekati ketepatan, tetapi gambaran
anak yang sedang kecerdasannya munkin hasilnya tidak begitu lengkap, sedangkan
pelukisan kembali oleh anak yang kurang cerdas pastilah kurang lengkap dan
bahkan mungkin tidak relevan atau menyimpang.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa gambar berseri
adalah gambar yang mempunyai urutan kejadian yang memiliki satu kesatuan
cerita. Gambar berseri juga dapat membuat siswa untuk melatih dan mempertajam
imajinasi yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin tajam daya
imajinasi siswa, akan semakin berkembang pula siswa dalam melihat membahasakan
sebuah gambar.
5. Kedudukan media dalam sistem pembelajaran
Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari
sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi
satu dengan yang lainnya. Pembelajaran dikatakan sebagai sistem karena
didalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Komponen-komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode,
media, dan evaluasi. Amsing-masing komponen saling berkaitan erat dan merupakan
satu kesatuan.proses perancangan pembelajaran selalu diawali dengan perumusan
tujuan instruksional khusus sebagai pengembangan dari tujuan instruksional
umum. Dalam kurikulum 2006 perumusan indikator selalu merujuk pada kompetensi
dasar dan kompetensi dasar selalu merujuk pada standar kompetensi. Usaha untuk
menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dibantu oleh pengguna alat bantu
pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik komponen penggunanya. Setelah
itu, guru menentukan alat dan melaksanakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
menjadi bahan masukan atau umpan balik kegiatan yang telah dilaksanakan .
apabila ternyata hasil belajar siswa rendah, maka kita mengidentifikasi
bagian-bagian apa yang mengakibatkannya. Khususnya dalam penggunaan media, maka
perlu melihat bagaimana efektifitas apakah yang menjadi faktor penyebabnya.
Pembelajaran menulis Narasi dengan menggunakan Media
gambar berseri, untuk SD Kelas III pada semester II.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar
Kompetensi
Mengungkapkan pikiran, perasaan,
dan informasi dalam karangan sederhana dan puisi
|
Kompetensi
Dasar
Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri
menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan
penggunaan ejaan, huruf kapital dan tanda titik.
|
D.
Kerangka Berpikir
Banyak faktor
yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menulis, salah satunya adalah
pemanfaatan media belajar dalam proses pembelajaran dikelas. Pada siswa kelas
III SDN 01 Josenan Kota Madiun, didapati permasalahan tentang rendahnya
kemampuan siswa untuk belajar menulis narasi. Hal ini terbukti dengan banyaknya
siswa yang kebingungan saat diminta untuk menulis, menuangkan pikiran dan
perasaan kedalam tulisan. Guru sebagai tenaga profesi yang professional, amat
penting perannya didalam meningkatkan kemampuan para siswanya, dalam hal ini
kemampuan menulis narasi. Guru dituntut kreatif serta inovatif, peka terhadap
permasalahan ynag dihadi dikelasnya, sehingga masalah – masalah yang muncul
dapat teratasi, salah satu cara untuk mengatasi rendahnya kemampuan meulis
narasi pada siswa SD Kelas III SDN 01 Josenan Kota Madiun adalah dengan
memanfaatkan media gambar berseri. Media gambar berseri ini, dibuat di karton,
biasanya terdiri dari 2 sampai 4 gambar, yang gambarnya saling berkaitan satu
sama lainnya. Dengan menggunakan media tersebut, siswa dapat belajar menulis
narasi berdasarkan gambar yang dilihatnya. Hal ini juga mampu merangsang
perkembangan imajinasi para peserta didik, meningkatkan kosakata kebahasaan,
serta daya kreatif peserta didik. Hal tersebut, juga akan memberikan banyak
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan potensi yang ada dalam diri
peserta didik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1.
Tempat Pelaksanaan
Penelitian
diadakan di SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun pelajaran 2012/2013.Pemilihan
tempat ini didasarkan atas beberapa alasan diantaranya:
a.
Letaknya yang strategis dan mudah dijangkau.
b.
Sejauh ini belum ada penelitian serupa yang diadakan di
SDN 01 Josenan Kota Madiun sehingga penelitian ini dharapkan mampu memberikan
inovasi bagi sekolah dalam proses pembelajaran.
c.
Prestasi belajar siswa di sekolah ini masih belum
sesuai dengan yang diharapkan.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dan pengumpulan data
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2013.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 01
Josenan, Kecamatan Taman, Kota Madiun, semester 2, tahun pelajaran 2012/2013. Dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa.
Terdiri dari 17 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
C. Prosedur Penelitian
a.
Rancangan Penelitian
Wina Sanjaya, (2009:26) mengemukakan
bahwa penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu
proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri
dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai
tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh
dari perlakuan tersebut.
Suharsimi Arikunto, (2006:16)
mengemukakan bahwa dalam penelitian
tindakan kelas terdapat empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap pengamatan, dan
refleksi.
Rochiati Wiriaatmadja, (2009:13) mengemukakan bahwa
penelitain tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktek pemeblajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri.
Gb 3.1 Model tahapan penelitian tindakan kelas
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||||
Agar lebih jelas penulis maka harus diperhatikan hal – hal berikut ini:
a.
Tahap perencanaa (planning)
Menurut Suharsimi Arikunto,
(2006: 17) Dalam tahap ini dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana,
oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. PTK dilakukan secara
berpasangan atau kolaborasi. Pihak pertama melakukan tindakan dan pihak kedua
yang mengamati proses jalannya tindakan
b. Tahap pelaksanaan (acting)
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan. Selama melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana
tindakan harus mengacu pada program yang telah dipersiapkan dan disepakati
c. Tahap pengamatan (observing)
Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:19) Tahap
pengamatan berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh
pengamat atau observer
d. Refleksi (reflecting
)
Refleksi
merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Kegiatan refleksi dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan
tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi
rancangan tindakan
SIKLUS I
- Tahap Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan (planning) meliputi sebagai berikut :
a. Melakukan observasi ke sekolah yang akan
dijadikan sebagai tempat penelitian.
b. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi
di kelas.
c.
Menentukan pokok bahasan.
d.
Menyusun silabus dan RPP.
e.
Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data seperti
: soal – soal bahasa Indonesia , pedoman penilain, format penilaian..
- Tahap Pelaksanaan (actuating)
Pertemuan I
a Kegiatan awal
1)
Gruru membuka pelajaran (memberi salam dan presensi)
2) Guru memberikan apersepsi (melakukan tanya
jawab berkaitan dengan materi yang akan diajarkan)
b.
Kegiatan inti
1) Guru menyiapkan media, berupa
gambar-gambar berseri yang ditempel di papan tulis.
2) Siswa diminta memperhatikan gambar,
guru melakukan Tanya-jawab tentang gambar yang ada dipapan tulis.
3) Tiap
gambar merupakan cerita suatu peristiwa yang saling berkaitan satu dengan
lainnya.
4) Guru
memberikan contoh, dengan menceritakan gambar yang ada pada nomor urut 1.
5) Tiap siswa diminta untuk
mengungkapkan apa yang ia lihat digambar kedalam bentuk karangan.
6) Setiap gambar, diceritakan menjadi
1 paragraph, jadi jika ada 4 gambar, karangan haruslah berisi 4 paragraph.
7) Siswa
diminta maju membacakan hasil karyanya bergantian kedepan kelas.
8) Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah berani membacakan hasil
karyanya kedepan kelas.
c. Kegiatan
akhir
1)
Guru memberikan pesan moral
2)
Guru menutup pelajaran (salam)
Pertemuan
II Pada Siklus II
a.
Kegiatan awal
1) Guru membuka
pelajaran (memberi salam dan presensi)
2) Guru memberikan apersepsi (melakukan tanya jawab
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan)
b. Kegiatan inti
1) Guru menyiapkan media, berupa
gambar-gambar berseri yang ditempel di papan tulis.
2) Siswa diminta memperhatikan gambar,
guru melakukan Tanya-jawab tentang gambar yang ada dipapan tulis.
3) Tiap
gambar merupakan cerita suatu peristiwa yang saling berkaitan satu dengan
lainnya.
4) Guru
memberikan contoh, dengan menceritakan gambar yang ada pada nomor urut 1.
5) Tiap siswa diminta untuk
mengungkapkan apa yang ia lihat digambar kedalam bentuk karangan.
6) Setiap gambar, diceritakan menjadi
1 paragraph, jadi jika ada 4 gambar, karangan haruslah berisi 4 paragraph.
7) Penulisan
harus memperhatiakan ejaan serta penggunaan tanda baca yang tepat. Karangan
yang ditulis, harus sesuai dengan urutan gambar.
8) Siswa
diminta maju membacakan hasil karyanya bergantian kedepan kelas.
9) Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah berani membacakan hasil
karyanya kedepan kelas.
c. Kegiatan akhir
1.Guru memberikan pesan moral
2.Guru menutup pelajaran (salam)
3.Tahap Pengamatan (observing)
Observasi dilakukan secara
kolaboratif antara pihak I (peneliti) dan pihak II (guru). Pada tahap ini,
pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan disertai pencatatan secara teratur
terhadap obyek yang diteliti. Data yang diamati adalah pencapaian prestasi
siswa
4.Refleksi
Dalam tahap ini peneliti
menganalisa hasil pengamatan yang diperoleh untuk menentukan langkah-langkah
perbaikan pada siklus berikutnya apabila ditemukan kelemahan maupun
temuan-temuan lain yang menyebabkan kesulitan pada siklus yang bersangkutan.
SIKLUS II
Tahapan dalam siklus II pada
prinsipnya sama dengan tahapan dalam siklus I yang meliputi tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi. Tindakan pada siklus II akan
mengalami beberapa perubahan, didasarkan atas analisis perubahan dan analisis
refleksi pada siklus I. Perubahan yang dilakukan pada siklus II ini dilakukan
dengan harapan agar terjadi
peningkatan prestasi siswa dan kreativitas.
- Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid, diperlukan
suatu metode atau alat pengumpulan data yang tepat. Pengumpulan data adalah
prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan
ketepatan penggunaan. Pengumpulan data sangat ditentukan oleh jenis data pada
penelitian yang akan dikumpulkan.
Dalam penelitian ini dilalukan beberapa
macam teknik pengumpulan data:
a. Tes
Muchtar Buchori
(dalam Ibadullah Malawi, 2009:11) tes adalah suatu percobaan yang diadakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil – hasil pelajaran tertentu pada
seseorang murid atau tidaknya.
Test merupakan serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pengumpulan
data dilakukan untuk memperoleh data kognitif yaitu melalui tes secara
individu.
b. Observasi
Menurut
Tatag Yuli Eko Siswono (2008: 25) observasi merupakan segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau
tanpa alat bantu.
Dalam
penelitian ini dilakukan observasi terhadap siswa untuk memperoleh data
peningkatan prestasi belajar siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar
observasi berbentuk cheklist.
E. Analisis Data
Data yang
sudah terkumpul selama penelitian, selanjutnya
dianalisis sebagai berikut:
a. Tes
Tes digunakan untuk memperoleh
data kognitif berupa data prestasi belajar siswa. Tes diberikan dalam bentuk
soal. Ketuntasan belajar siswa diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto (
dalam Ike Retnawati, 2010 : 18)
Nilai = ∑skor yang diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila
memperoleh nilai ≥ 70 sesuai dengan Standart Ketuntasan Belajar di SDN 01
Josenan
Ketuntasan belajar siswa
secara klasikal dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ketuntasan klasikal = ∑siswa yang tuntas belajar x 100
%
∑ seluruh siswa
Indikator ketuntasan belajar
siswa secara klasikal apabila 70% dari seluruh jumlah siswa dinyatakan tuntas
belajar.
a.
Observasi
Observasi
dilakukan untuk memperoleh data psikomotor dan afektif, yaitu data mengenai
unjuk kerja siswa dalam kegiatan pembelajaran dan sikap siswa. Lembar observasi
berbentuk checklist, data unjuk kerja siswa dihitung dengan rumus:
Menurut Suharsimi Arikunto (
dalam Ike Retnawati, 2010 : 23)
Nilai unjuk kerja siswa = ∑skor yang diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
Kriteria pencapaian:
81%-100% : sangat aktif
61%-80% : Aktif
41%-61% : cukup aktif
21%-40% : kurang aktif
F .Jadwal penelitian
Tabel 3.1
Rincian Jadwal Penelitian
No.
|
Jenis Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||||||||||
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|||||||||||||||||
Minggu ke-
|
|||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Pengajuan
judul
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pengajuan
proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Mengurus
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Penyerahan surat ijin ke sekolah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Mengatur
jadwal penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Siklus 1
a.Perencanaan
b.Pelaksanaan
c.Pengamatan
d.Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Siklus II
a.Perencanaan
b.Pelaksanaan
c.Pengamatan
d.Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Pengolahan
data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9.
|
Penyelesain
BAB I,II,III
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|