Sabtu, 05 Januari 2013

PROPOSAL PTK - TUGAS AKHIR MATA KULAH PTK


Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi
Melalui Media Gambar Berseri
Siswa Kelas III SDN 01 Josenan Kota Madiun
Tahun Ajaran 2012 / 2013




Oleh :
RISA BOVI ADDESITAFIANI
09141182

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013



 BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia. Hanya manusia yang dapat menciptakan dan meggunakan bahasa, sehingga dengan adanya bahasa itu manusia dapat berhubungan dengan manusia lain. Pembinaan Bahasa Indonesia ditingkat sekolah dasar agar siswa mampu berbahsa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan.membiasakan siswa berbahsa Indonesia yang baik dan benar sangat diperlukan untuk membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Salah satu tujuan utama program bahasa secara umum adalah mempersiapkan siswa untuk melakukan interaksi yang bermakna dengan bahasa yang alamiah. Agar interaksi yang bermakna bagi siswa, perlu didesain secara mendalam program pembelajaran bahasa Indonesia.
4 kompetensi dasar dalam berbahasa itu erat hubungannya satu sama lain, dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur : mula-mula pada masa kecil belajar menyimak bahasa kemudian berbicara,sedsudah itu belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan catur-tunggal. Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses – proses yang mendasari bahasa. Sedangkan ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan pelatihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir.(Henry Guntur Tarigan.2008:1).
Salah satu ketrampilan berbahasa adalah menulis, menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.(Henry Guntur tarigan 2008;3). Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang –lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Henry Guntur tarigan.2008;22).
Menulis tidak kenal usia maupun strata sosial , semua orang mempunyai hak untuk menulis. Menulis merupakan salah satu usaha untuk menigkatkan daya ingat. Disamping untuk meningkatkan daya ingat , ketrampilan menulis merupakan kepandaian yang amat berguna bagi setiap orang.dengan seseorang memiliki kepandaian menulis, seseorang itu dapat mengungkapkan berbagai gagasan untuk dibaca orang lain dan memotivasi orang lain. Hasil tulisan itu dapat dibaca oleh siapa saja dan dimana saja. Artinya, sekarang atau kapanpun tulisan itu bisa dibaca kembali. Menulis juga dapat digunakan untuk berkomunikasi, orang akan terus berupaya belajar dan mengmebangkan diri dalam bidang menulis. Menulis merupakan kegiatan berbahsa yang aktif dan produktif, yaitu kegiatan untuk menghasilkan atau menyampaikan bahasa kepada pihak lain melalui tulisan.
Menulis memiliki banyak macam, salah satu diantaranya adalah menulis narasi. Narasi secara hafiah bermakna kisah atau cerita, paragraph narasi bertujuan mengisahkan ataau menceritakan. Terkadang narasi mirip dengan deskripsi, namun yang membedakan, narasi memntu menceritakan. Terkadang narasi mirip dengan deskripsi, namun yang membedakan, narasi memntingkan urutan dan biasanya tokoh yang diceritakan. (asul wijayanto,2006;65). Kompetensi dasar yang yang diambil adalah menulis, lebih tepatnya menulis narasi. Dengan adanya bantuan gambar siswa lebih mudah berimajinasi menceritakan tingkan urutan dan biasanya tokoh yang diceritakan. (asul wijayanto,2006;65). Kompetensi dasar yang yang diambil adalah menulis, lebih tepatnya menulis narasi. Belajar menulis bagi siswa kelas III yang masih dalam tahapan berpikir konkrit, tentu tidak mudah. Dibutuhkan suatu metode dan media untuk mengajarkan menulis/mengarang bagi siswa kelas III, salah satu solusinya adalah dengan menggunakan media gambar berseri. Dengan adanya bantuan gambar siswa lebih mudah berimajinasi menceritakan tokoh atau peristiwa ynag ada dalam gambar. Kemampuan menulis narasi merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa , namun pada kenyataannya kemampuan menulis narasi siswa kelas III masih rendah. Saat para siswa diberikan tugas untuk mengungkapkan perasaan yang menyenangkan melalui tulisan, banyak sekali siswa kesulitan mengungkapkan perasaan dan pemikirannya melalui tulisan, mereka kebingungan harus menulis apa, memulai darimana, dan tentang apa.
Menurut Sadiman (2002: 29-31), gambar memiliki beberapa kelebihan antara lain (1) sifatnya konkret, lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata, (2) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, (3) dapat mengatasi pengamatan kita, (4) dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang aoa saja dan untuk usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman, (5) harganya murah dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.
Dengan penggunaan media gambar berseri sebagai media, diharapkan siswa belajar menulis dari apa yang dilihatnya berdasarkan gambar berseri berurutan yang diberikan guru, sehingga kemampuan menulis narasi bisa meningkat.
Berdasarkan uraian diatas , maka penulis akan melakukan penelitian “Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui  Media Gambar Berseri Siswa Kelas III SDN 01 Josenan Kecamatan Taman Kota Madiun Tahun Ajaran 2012/2013”.

B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.    Kemampuan menulis narasi siswa kelas III SDN 01 Joesenan Kecamatan Taman Kota Madiun masih rendah.

C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya yaitu :
“ Apakah ada peningkatan kemampuan menulis narasi siswa kelas III SDN 01 Josenan Kota Madiun, setelah menggunakan Media Gambar Berseri?”



D.  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah , penelitian ini pada hakekatnya mempunyai tujuan untuk mengetahui adakah peningkatan kemampuan menulis narasi siswa kelas III SDN 01 Josenan Kecamatan Taman Kota Madiun setelah menggunakan media gambar berseri.

E.  Manfaat Hasil Penelitian
1.    Siswa
Siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi, lebih kreatif, dan imajinatif.
2.    Guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat memperoleh masukan untuk menggunakan media gambar berseri ntuk merangsang siswanya menulis.
3.    Sekolah
Sebagai masukan penyusunan program dan penentuan kebijakan sekolah guna peningkatan mutu pendidikan.
4.    Bagi peneliti lanjutan
Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut ntuk menyusun suatu rancangan pengajaran menulis yang lebih baik lagi sehingga dapat meningkatkan minat dan kemampuan menulis siswa.

BAB II
Kajian Teori

A.  Hakikat Menulis
1.    Pengertian menulis
               Menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. (dalam Tarigan 2008:3). Ketrampilan menulis ni tidak akan datang secara otomatis, tetapi haruslah melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
               Menulis seperti halnya ketiga ketrampilan lain, merupakan suatu proses perkembangan. Dalam menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa : (1) tulisan dibuat untuk dibaca.(2) tulisan didasarkan pada pengalaman,(3) tulisan ditingkatkan melalui latihan terpimpin,(4) dalam tulisan makna menggantikan bentuk.(5) kegiatan-kegiatan bahasa lisan hendaknya mendahului kegiatan menulis.
               Menulis / mengarang adalah suatu kegiatan yang kompleks. Mengarang dapat kita pahami sebagai suatu rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui tulisan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan pengarang.
               Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya menulis adalah kecakapan seseorang dalam kegiatan menuangkan ide, gagasan, pikiran, dan pengalaman serta perasaan dalam bentuk tulisan yang diorganisasikan secara sistematik sehingga dapat dipahami oleh orang lain.

2.    Ciri-ciri tulisan yang baik antara lain :
a.    Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi.
b.        Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh.
c.         Tulisan ynag baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar, memanfaatkan struktur kalimat, bahasa dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis, dengan demikian para pembaca tidak usah susah payah bergumul memahami makna yang tersurat dan tersirat.
d.        Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan menulis secara meyakinkan, menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yag masuk akal dan cermat serta teliti mengenai hal itu. Dalam hal ini haruslah dihindari penggunaan kata-kata dan pengulangan frasa-frasa yang tidak perlu. Setiap kata haruslah menunjang pengertian yang serasi, sesuai yang diinginkan penulis.
e.         Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. Mau dan mampu merevisi naskah pertama merupakan kunci bagi penulisan yang tepat guna atau penulisan efektif.
f.         Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah atau kalimat-kalimat, kemudian mempergunakan ejaan dan tanda baca secara seksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimta serta memperbaikinya sebelum menyajikannya kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari bahwa hal-hal seperti itu dapat member akibat yang kurang baik terhadap karyanya. (Adelstein&Pival,1976)
Secara singkat, ada pula ahli yang merumuskan ciri-ciri tulisan yang baik seperti berikut ini:
a)        Jujur : jangan coba memalsukan gagasan atau ide anda
b)        Jelas : jangan membingungkan para pembaca
c)        Singkat : jangan memboroskan waktu para pembaca
d)       Usahakan keanekaragaman : panjang kalimat yang beraneka ragam, berkarya dengan penuh kegembiraan

3.    Fungsi menulis menurut Tarigan (2008;22) adalah :
1.        Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir.
2.        Dapat menolong penulis untuk berpikir secara kritis.
3.        Dapat memudahkan penulis untuk dapat merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan menyusun urutan bagi pengalaman.
4.        Menulis dapat membantu penulis untuk menjelaskan pikiran-pikiran.
           Keterampilan menulis tentulah tidak datang dengan sendirinya, hal tersebut membutuhkan latihan yang cukup teratur serta pendidikan yang terprogram. Biasanya, program-program dalam bahasa tulis direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut ini :
1.        Membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi didalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan penulis.
2.        Mendorong para siswa mengekpresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan.
3.        Mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis.
4.        Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas. (Menurut Peck&Schulz,terjemahan Guntur Tarigan,2008:9 )

4. Strategi pembelajaran kemampuan menulis
               Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk amnifestasi kemampuan dan ketrampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh siswa, setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan padu.
                Pada penggunaan bahasa secara tertulis, dalam mengungkapkan perasaan atau pikiran, seorang pemakai bahasa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan dan mengatur diri, baik dalam hal apa yang akan diungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya. Pesan yang perlu diungkapkan dapat dipilih secara cermat dan disusun secara sistematis agar bila diungkapkan secara tertulis , tulisan tersebut mudah dipahami dengan tepat. Dalam tes kemampuan menulis, agar peserta didik dapat memperlihatkan keterampilannya, maka perlu disiapkan tes yang baik.
               Tes jenis karangan merupakan jenis tes yang memiliki kriteria kompleks. Penilaian diberikan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang ada dalam setiap karangan. Penilaian terhadap sebuah karangan bebas mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektifitas. Bagaimanapun juga dan berapapun kadarnya, unsur subjektifitas penilai pasti berpengaruh.



Dalam kaitan dengan penilaian karangan, berikut ini beberapa kriterianya :
1.        Kualitas dan ruang lingkup isi
2.        Organisasi dan penyajian isi
3.        Komposisi
4.        Kohesi dan koherensi
5.        Gaya dan bentuk bahasa
6.        Mekanik : tata bahasa, ejaan, tanda baca
7.        Kerapian tulisan dan kebersihan
8.        Respons afektif pengajar terhadap karya tulis

B.     Menulis Narasi
1.   Pengertian  narasi
Narasi adalah bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-oleh pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu.(Keraf,1987:135) Suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Oleh karena itu narasi sulit sekali dibedakan dari deskripsi. Sebab itu, mesti ada unsur lain ynag diperhitungkan , yaitu unsur waktu. Dengan demikian pengertian narasi mencakup dua unsure dasar. Unsure yang tepenting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang telah terjadi tidak lain daripada tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Menurut Parera (1984:3) karangan narasi adalah suatu bentuk pengalaman karangan dan tulisan yang bersifat menterahkan suatu kronologis dari suatu peristiwa atau kejadian serta masalah. Pengarang bertindak sebagai seorang sejarahwan atau tukang cerita. Berdasarkan uraian diatas narasi dibatasi sebagai bentuk tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman yang dialami manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah suatu bentuk wacana yang bersusah dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
2.   Narasi dibagi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
a.       Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa ynag dikisahkan. Sasaran utamanya berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. sebagai bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtut kejadian atau peristiwa yang disajikan untuk menyampaikan imformasi untuk memperluas pegetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah disampaikan secara tertulis ataupun lisan. Narasi ekspositoris dapat bersifat khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja.
b.      Narasi sugestif
Narasi sugesti berusaha member makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah makna peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi). Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca dapat menarik suatu makna baru diluar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah suatu yang baru adalah sesuatu yang tersirat. Semua objek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke waktu. Makna yang baru akan dijelaskan dipahami sesudah narasi itu dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu. Dengan demikian narasi tidak bercerita atau memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk menghadapi suatu peristiwa yang berada di depan matanya.
c.       Beberapa bentuk khusus narasi
Berdasarkan bentuknya narasi dibedakan menjadi dua yaitu narasi fiktif dan narasi nonfiktif. Bentuk – bentuk narasi yang terkenal yang biasa dibicarakan dalam hubungan dengan kasusastraan adalah roman, novel, cerpen, dongeng ( naarasi fiktif) dan sejarah, biografi, autobiografi ( narasi nonfiktif).  Narasi sebagai bentuk wacana, dapat menjadi suatu bentuk tulisan yang berdiri sendiri, tetapi dapat juga menyerap bentuk lainnya. Dalam narasi dapat dijumpai unsur-unsur argumentasi, eksposisi, dan deskripsi. Demikian juga sudah dikemukakan, bahwa bentuk-bentuk wacana lain seperti argumentaasi, eksposisi, dan deskripsi dapat juga mengandung unsure-unsur naratif.
  
C.    Hakikat media
1.      Pengertian Media
Menurut Heinich (dalam Susilana dan Riyana, 2008: 6), kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source)  dengan penerima pesan (a receiver). Sedangkan Sadiman, dkk (2010: 6) menyebutkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Menurut Sabri (dalam Musfiqon, 2012: 27),
Asosisasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Asssociation of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Menurutnya media merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, dapat, mempengaruhi efektifitas program instruksional.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran (Arsyad, 2011: 4). Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke siswa (Heinich,et al dalam Uno, 2007: 113). Gerlach (dalam Sanjaya, 2009: 204-205) mengatakan secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Angkowo dan Kosasih (2007: 10), media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.
Menurut Munadi (2010: 7-8), yang dikatakan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Sedangkan menurut Daryanto (2011: 5), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dari berbagai pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat tercapai.
2.        Klasifikasi Media Pembelajaran
Menurut Brets (dalam Ibrahim dan Syaodih, 2010: 114), mengemukakan beberapa kelompok media sebagai berikut:
1.             Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televisi, video tape dan film bergerak.
2.             Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara, objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tak bergerak (television still recordings).
3.             Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari media jenis ini ialah papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard.
4.             Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak.
5.             Media still-visual,yakni ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film strip dan slide tanpa suara.
6.             Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon, dan audio-tape.
7.             Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis seperti buku, modul, dan pamflet.
Dari penggolongan media pembelajaran berdasarkan Brets, diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Brets membagi media pembelajaran berdasarkan tampilan dan apa yang dihasilkan dari media tersebut. Sedangkan Susilana dan Riyana (2008: 13-21), membagi media berdasarkan penyajian dan cara penyajiannya yang meliputi tujuh kelompok media  penyaji yaitu:
1.       Kelompok kesatu yang terdiri dari :
a.    Media grafis: grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flannel, dan bulletin board;
b.    Media bahan cetak: buku teks, modul, dan bahan pengajaran terprogram;
c.    Media gambar diam: foto,flow chart

2.       Kelompok kedua yang terdiri dari:
a. Media proyeksi diam: OHP/OHT, Opaque Proyektor, slide, dan film strip.
3.       Kelompok ketiga yang terdiri dari:
a.  Media audio: radio, alat perekam pita magnetik. 
4.       Kelompok keempat yang terdiri dari:
a.    Media audio visual diam: media soundslide (slide bersuara), film strip bersuara, dan halaman bersuara.
5.       Kelompok kelima yang terdiri dari:
a.    Media film (motion pictures): film bisu, film bersuara, dan film gelang.
6.       Kelompok keenam yang terdiri dari:
a. Media televisi: televisi terbuka, televisi siaran terbatas (TVST), dan Video Cassete Recorder (VCR).
7.       Kelompok ketuju yang terdiri dari:
a. Media multimedia: modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan audio visual.
2.        Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Musfiqon (2012: 35), fungsi media pembelajaran yaitu: (1) meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran; (2) meningkatkan gairah belajar siswa; (3) meningkatkan minat dan motivasi belajar; (4) menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan; (5) mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam; (6) mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran; (7) meningkatkan kualitas pembelajaran.
Media pembelajaran selain memiliki fungsi juga memiliki manfaat. Menurut Susilana dan Riyana (2008: 10), manfaat media yaitu: (1) mengkonkritkan sesuatu yang abstrak; (2) menghadirkan objek-objek yang terlalu bahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar; (3) menampilkan objek yang terlalu besar dan terlalu kecil; (4) memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
Dari penjabaran tentang fungsi media diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari media yang utama adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa) dalam proses pembelajaran dan sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
3.             Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan pada proses pembelajaran, guru dalam hal ini dituntut untuk lebih teliti dan selektif. Dengan mengetahui kriteria dalam pemilihan suatu media pembelajaran, guru dapat mengetahui media mana yang dianggap tepat untuk membantu dalam proses pembelajaran.
Ibrahim dan Syaodih (2010: 120-121), mengemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yang tepat yaitu: (1) kemampuan apa yang ingin dicapai dan kesesuaian media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran; (2) kegunaan dari jenis media itu sendiri; (3) kemampuan guru dalam menggunakan suatu jenis media pembelajaran; (4) keluwesan dan fleksibilitas dari media itu sendiri; (5) kesesuaian dengan sarana pendukung yang ada dan alokasi waktunya; (6) ketersediaannya mudah; (7) biayanya dapat dijangkau.
Menurut Sanjaya (2009: 224), ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: (1) pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas; (3) pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa; (4) pemilihan media harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru; (5) pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.
Sedangkan menurut Kasmadi (dalam Harjanto, 2010: 241) bahwa di dalam memilih media pembelajaran perlu dipertimbangkan adanya 4 hal, yaitu:
a.    Pertimbangan produksi, yang meliputi: availability (tersedianya bahan), cost (harga), physical condition (kondisi fisik), accessibility to student (mudah dicapai), emotional impact.
b.    Pertimbangan peserta didik, yang meliputi: student characteristics (watak peserta didik), student relevance (sesuai dengan peserta didik), student involvement (keterlibatan peserta didik).
c.    Pertimbangan isi, yang meliputi: curriculair-relevance (sesuai isi kurikulum), content-soundness (konten suara), presentation (penyajian).
d.   Pertimbangan guru, yang meliputi: teacher-utilization (penggunaan guru), teacher peace of mind (pikiran tenang guru).
Dari berbagai pendapat ahli mengenai kriteria dalam pemilihan media, dapat disimpulkan bahwa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media yaitu: (1) relevansi; (2) fleksibilitas; (3) kemanfaatan; (4) kemampuan guru dalam menggunakan media; (5) ketersediaan dan biaya.
4.    Media gambar berseri (flow chart)
Media gambar berseri sering juga disebut flow chart atau gambar susun. Media ini terbuat dari kertas manila lebar yag berisi beberapa buah gambar. Gambar –gambar tersebut berhubungan satu dengan yang lain sehingga merupakan rangkaian cerita. Setiap gambarnya diberi nomor urut sesuai dengan urut-urutan gambar ceritanya. Media ini sangat sesuai untuk melatih keterampilan ekspresi tulis (mengarang) dan keterampilan ekspresi lisan (berbicara, bercerita). Dengan mengamati gambar yang dibentangkan di depan kelas, para siswa dharapkan dapat memperoleh konsep tentang topic tertentu. Langkah selanjutnya siswa disuruh menuangkannya kembali dalam bentuk lisan atau tulisan. Untuk latihan mengarang dapat ditambahkan menjadi satu alinea. Jadi, apabila media tersebut terdiri dari empat gambar, maka karangan yang disusun harus terdiri dari empat alinea juga. Adapun jenis gambar untuk media ini adalah gambar mnemonis, yakni suatu gambar yang dapat menimbulkan suatu ingatan pada suatu rangkaian kejadian tertentu. Gambar atau seri gambar pada hakikatnya mengekspresikan suatu hal. Bentuk ekspresi tersebut dalam fakta gambar bukan dalam bentuk bahasa. Pesan yang tersirat dalam gambar tersebut dapat dinyatakan kembali dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Penerjemahan pesan dari bentuk visual ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat sangat tergantung pada kemampuan imajinasi siswa. Hasil ekspresi anak yang cerdas akan lebih lengkap dan mungkin mendekati ketepatan, tetapi gambaran anak yang sedang kecerdasannya munkin hasilnya tidak begitu lengkap, sedangkan pelukisan kembali oleh anak yang kurang cerdas pastilah kurang lengkap dan bahkan mungkin tidak relevan atau menyimpang.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa gambar berseri adalah gambar yang mempunyai urutan kejadian yang memiliki satu kesatuan cerita. Gambar berseri juga dapat membuat siswa untuk melatih dan mempertajam imajinasi yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin tajam daya imajinasi siswa, akan semakin berkembang pula siswa dalam melihat membahasakan sebuah gambar.
5.    Kedudukan media dalam sistem pembelajaran
Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pembelajaran dikatakan sebagai sistem karena didalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi. Amsing-masing komponen saling berkaitan erat dan merupakan satu kesatuan.proses perancangan pembelajaran selalu diawali dengan perumusan tujuan instruksional khusus sebagai pengembangan dari tujuan instruksional umum. Dalam kurikulum 2006 perumusan indikator selalu merujuk pada kompetensi dasar dan kompetensi dasar selalu merujuk pada standar kompetensi. Usaha untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dibantu oleh pengguna alat bantu pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik komponen penggunanya. Setelah itu, guru menentukan alat dan melaksanakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat menjadi bahan masukan atau umpan balik kegiatan yang telah dilaksanakan . apabila ternyata hasil belajar siswa rendah, maka kita mengidentifikasi bagian-bagian apa yang mengakibatkannya. Khususnya dalam penggunaan media, maka perlu melihat bagaimana efektifitas apakah yang menjadi faktor penyebabnya.   
Pembelajaran menulis Narasi dengan menggunakan Media gambar berseri, untuk SD Kelas III pada semester II.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
Mengungkapkan pikiran, perasaan,
dan informasi dalam karangan sederhana dan puisi
Kompetensi Dasar
Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital dan tanda titik.

                             
D.                Kerangka Berpikir
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menulis, salah satunya adalah pemanfaatan media belajar dalam proses pembelajaran dikelas. Pada siswa kelas III SDN 01 Josenan Kota Madiun, didapati permasalahan tentang rendahnya kemampuan siswa untuk belajar menulis narasi. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang kebingungan saat diminta untuk menulis, menuangkan pikiran dan perasaan kedalam tulisan. Guru sebagai tenaga profesi yang professional, amat penting perannya didalam meningkatkan kemampuan para siswanya, dalam hal ini kemampuan menulis narasi. Guru dituntut kreatif serta inovatif, peka terhadap permasalahan ynag dihadi dikelasnya, sehingga masalah – masalah yang muncul dapat teratasi, salah satu cara untuk mengatasi rendahnya kemampuan meulis narasi pada siswa SD Kelas III SDN 01 Josenan Kota Madiun adalah dengan memanfaatkan media gambar berseri. Media gambar berseri ini, dibuat di karton, biasanya terdiri dari 2 sampai 4 gambar, yang gambarnya saling berkaitan satu sama lainnya. Dengan menggunakan media tersebut, siswa dapat belajar menulis narasi berdasarkan gambar yang dilihatnya. Hal ini juga mampu merangsang perkembangan imajinasi para peserta didik, meningkatkan kosakata kebahasaan, serta daya kreatif peserta didik. Hal tersebut, juga akan memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik. 
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.      Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1.         Tempat Pelaksanaan
Penelitian diadakan di SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun pelajaran 2012/2013.Pemilihan tempat ini didasarkan atas beberapa alasan diantaranya:
a.         Letaknya yang strategis dan mudah dijangkau.
b.        Sejauh ini belum ada penelitian serupa yang diadakan di SDN 01 Josenan Kota Madiun sehingga penelitian ini dharapkan mampu memberikan inovasi bagi sekolah dalam proses pembelajaran.
c.         Prestasi belajar siswa di sekolah ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
2.         Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2013.

B.       Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 01 Josenan, Kecamatan Taman, Kota Madiun, semester 2, tahun pelajaran 2012/2013. Dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Terdiri dari 17 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
C.    Prosedur Penelitian
a.       Rancangan Penelitian
     Wina Sanjaya, (2009:26) mengemukakan bahwa penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas   “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
     Suharsimi Arikunto, (2006:16) mengemukakan bahwa  dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan,  dan refleksi.
            Rochiati Wiriaatmadja, (2009:13) mengemukakan bahwa penelitain tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pemeblajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.






Gb 3.1 Model tahapan penelitian tindakan kelas
Perencanaan
 
                                                                    
Refleksi
 
SIKLUS I
 
Pelaksanaan
 
 
Pengamatan
 
Perncanaan
 
Refleksi
 
SIKLUS II
 
Pelaksanaan
 
Pengamatan
 
 






        


Agar lebih jelas penulis maka harus diperhatikan hal – hal berikut ini:
a.       Tahap perencanaa (planning)
      Menurut Suharsimi Arikunto, (2006: 17) Dalam tahap ini dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. PTK dilakukan secara berpasangan atau kolaborasi. Pihak pertama melakukan tindakan dan pihak kedua yang mengamati proses jalannya tindakan
b.    Tahap pelaksanaan (acting)
      Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. Selama melaksanakan tindakan, guru sebagai pelaksana tindakan harus mengacu pada program yang telah dipersiapkan dan disepakati
c.     Tahap pengamatan (observing)
       Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:19) Tahap pengamatan berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh pengamat atau observer
d.  Refleksi (reflecting )   
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan

SIKLUS I
  1. Tahap Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan (planning) meliputi sebagai berikut :
a.       Melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian.
b.      Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas.
c.       Menentukan pokok bahasan.
d.      Menyusun silabus dan RPP.
e.       Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data seperti : soal – soal bahasa Indonesia , pedoman penilain, format penilaian..
  1. Tahap Pelaksanaan (actuating)
Pertemuan I
      a   Kegiatan awal
1)      Gruru membuka pelajaran (memberi salam dan presensi)
2)      Guru memberikan apersepsi (melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi yang akan diajarkan)
b.      Kegiatan inti
1)   Guru menyiapkan media, berupa gambar-gambar berseri yang ditempel di papan tulis.
2)   Siswa diminta memperhatikan gambar, guru melakukan Tanya-jawab tentang gambar yang ada dipapan tulis.
3)   Tiap gambar merupakan cerita suatu peristiwa yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
4)   Guru memberikan contoh, dengan menceritakan gambar yang ada pada nomor urut 1.
5)   Tiap siswa diminta untuk mengungkapkan apa yang ia lihat digambar kedalam bentuk karangan.
6)   Setiap gambar, diceritakan menjadi 1 paragraph, jadi jika ada 4 gambar, karangan haruslah berisi 4 paragraph.
7)   Siswa diminta maju membacakan hasil karyanya bergantian kedepan kelas.
8)   Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah berani membacakan hasil karyanya kedepan kelas.
c.       Kegiatan akhir
1)      Guru memberikan pesan moral
2)      Guru menutup pelajaran (salam)
Pertemuan II Pada Siklus II               
a.       Kegiatan awal
1) Guru membuka pelajaran (memberi salam dan presensi)
                   2) Guru memberikan apersepsi (melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi yang akan diajarkan)
              b. Kegiatan inti
1)   Guru menyiapkan media, berupa gambar-gambar berseri yang ditempel di papan tulis.
2)   Siswa diminta memperhatikan gambar, guru melakukan Tanya-jawab tentang gambar yang ada dipapan tulis.
3)   Tiap gambar merupakan cerita suatu peristiwa yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
4)   Guru memberikan contoh, dengan menceritakan gambar yang ada pada nomor urut 1.
5)   Tiap siswa diminta untuk mengungkapkan apa yang ia lihat digambar kedalam bentuk karangan.
6)   Setiap gambar, diceritakan menjadi 1 paragraph, jadi jika ada 4 gambar, karangan haruslah berisi 4 paragraph.
7)   Penulisan harus memperhatiakan ejaan serta penggunaan tanda baca yang tepat. Karangan yang ditulis, harus sesuai dengan urutan gambar.
8)   Siswa diminta maju membacakan hasil karyanya bergantian kedepan kelas.
9)   Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah berani membacakan hasil karyanya kedepan kelas.
               c. Kegiatan akhir                                         
1.Guru memberikan pesan moral
2.Guru menutup pelajaran (salam)
            3.Tahap Pengamatan (observing)
       Observasi dilakukan secara kolaboratif antara pihak I (peneliti) dan pihak II (guru). Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan disertai pencatatan secara teratur terhadap obyek yang diteliti. Data yang diamati adalah pencapaian prestasi siswa
              4.Refleksi
       Dalam tahap ini peneliti menganalisa hasil pengamatan yang diperoleh untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya apabila ditemukan kelemahan maupun temuan-temuan lain yang menyebabkan kesulitan pada siklus yang bersangkutan.
SIKLUS II
       Tahapan dalam siklus II pada prinsipnya sama dengan tahapan dalam siklus I yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi. Tindakan pada siklus II akan mengalami beberapa perubahan, didasarkan atas analisis perubahan dan analisis refleksi pada siklus I. Perubahan yang dilakukan pada siklus II ini dilakukan dengan harapan agar terjadi peningkatan prestasi siswa dan kreativitas.
  1. Pengumpulan Data
       Untuk mendapatkan data yang valid, diperlukan suatu metode atau alat pengumpulan data yang tepat. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan ketepatan penggunaan. Pengumpulan data sangat ditentukan oleh jenis data pada penelitian yang akan dikumpulkan.
        Dalam penelitian ini dilalukan beberapa macam teknik pengumpulan data:
a.       Tes
Muchtar Buchori (dalam Ibadullah Malawi, 2009:11) tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil – hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau tidaknya.
       Test merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data kognitif yaitu melalui tes secara individu.
              b.  Observasi
Menurut Tatag Yuli Eko Siswono (2008: 25) observasi merupakan segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu.
Dalam penelitian ini dilakukan observasi terhadap siswa untuk memperoleh data peningkatan prestasi belajar siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi berbentuk cheklist.
          E. Analisis Data
Data yang sudah terkumpul selama penelitian, selanjutnya  dianalisis sebagai berikut:
a.       Tes
              Tes digunakan untuk memperoleh data kognitif berupa data prestasi belajar siswa. Tes diberikan dalam bentuk soal. Ketuntasan belajar siswa diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 : 18)
Nilai = ∑skor yang diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
       Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai ≥ 70 sesuai dengan Standart Ketuntasan Belajar di SDN 01 Josenan
Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ketuntasan klasikal = ∑siswa yang tuntas belajar x 100 %
∑ seluruh siswa

Indikator ketuntasan belajar siswa secara klasikal apabila 70% dari seluruh jumlah siswa dinyatakan tuntas belajar.
a.       Observasi
     Observasi dilakukan untuk memperoleh data psikomotor dan afektif, yaitu data mengenai unjuk kerja siswa dalam kegiatan pembelajaran dan sikap siswa. Lembar observasi berbentuk checklist, data unjuk kerja siswa dihitung dengan rumus:
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 : 23)
Nilai unjuk kerja siswa = ∑skor yang diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
Kriteria pencapaian:
81%-100%                        : sangat aktif
61%-80%              : Aktif
41%-61%              : cukup aktif
21%-40%              :  kurang aktif
F .Jadwal penelitian
Tabel 3.1 Rincian Jadwal Penelitian
No.
Jenis Kegiatan
Bulan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Minggu ke-
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Pengajuan judul




















2.
Pengajuan proposal




















3.
Mengurus surat ijin dari fakultas




















4.
Penyerahan surat ijin ke sekolah




















5.
Mengatur jadwal penelitian




















6.
Siklus 1
a.Perencanaan
b.Pelaksanaan
c.Pengamatan
d.Refleksi




















7.
Siklus II
a.Perencanaan
b.Pelaksanaan
c.Pengamatan
d.Refleksi





















8.
Pengolahan data




















9.
Penyelesain BAB I,II,III